Pages

Subscribe:

Shopping Online

Jumat, 04 Mei 2012

Alat-alat yang Digunakan Pada Masa Mesolitikum

Alat Serpih Bilah

Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan berbentuk kecil-kecil. Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa masih melanjutkan cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun pada masa ini, pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya menunjukkan cara pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat serpih bilah yang semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang bentuknya kecil dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139).

Pengerjaannya ada yang sudah mengalami pemangkasan sekunder. Pemangkasan sekunder adalah pengerjaan serpih setelah dilepaskan dari batu intinya. Biasanya teknik ini lebih menitik beratkan pada pemunculan bentuk alatnya. Bahan batu yang digunakan untuk membuat alat ini adalah kalsedon, batu gamping, andesit, dan sebagainya. Tradisi serpih-bilah ini terutama berlangsung di kehidupan gua yang ada di Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau Nusa Tenggara Timur. Beberapa unsur alat serpih-bilah ada yang dikembangkan lebih lanjut pada tingkat kemudian yang lebih modern lagi. Tradisi serpih-bilah di masa yang akan datang berbentuk mata panah bersayap atau bergerigi dan serpih-bilah yang khusus dibuat dari batu obsidian.

Tradisi serpih-bilah berkembang di beberapa daerah di Asia Tenggara. Di Indonesia tradisi ini sebagian besar ditemukan di Sulawesi Selatan (Heekeren, 1972:106-125), yang sebagian pada masa tidak berselang lama didiami oleh suku Toala. Penyelidikan untuk alat serpih-bilah ini berhasil dibuka jalannya oleh dua peneliti dari Swiss, Fritz dan Paul Sarasin.

Alat Tulang

Alat tulang di daerah Asia Tenggara banyak ditemukan di Tonkin. Namun pada penemuannya banyak bercampur dengan kapak genggam Sumatera yang agak kasar. Alat-alat tulang juga dapat ditemukan juga di gua-gua yang terdapat di daerah Hoabinh. Sayangnya jika di Hoabinh, maka populasi alat-alat tulang ini masih lebih sedikit daripada kapak genggam Sumatera.

Selain itu, alat-alat tulang juga terdapat di bukit kerang di Da But, Anam Utara. Alat-alat di daerah ini menunjukkan persamaan dengan alat-alat tulang yang ditemukan di Sampung, Ponorogo dan bukan merupakan bagian dari alat-alat yang ditemukan di Tonkin. Penemuannya pun masih disertai dengan penemuan kapak genggam Sumatera.

Dari penemuan di atas, Van Stein Callenfels berpendapat bahwa tradisi alat-alat tulang yang berasal dari Vietnam Selatan dan Annam mendesak pemakaian alat-alat yang terbuat dari batu (Heekeren, 1772:125-126). Pada akhirnya, tradisi alat-alat tulang tersebut akan mencapai daerah Jawa Timur dan berkembang lebih lanjut di gua-gua yang ada. Pembuatannya dengan cara pembelahan tulang sesuai dengan ukuran alat yang diinginkan, kemudian dikeraskan dengan api dan digosok-gosok sehingga menghasilkan alat yang keras dan tajam.

2 komentar: