Pages

Subscribe:

Shopping Online

Minggu, 03 Maret 2013

Sejarah Perkembangan Teknologi Maritim Pada Masa Prasejarah

Dalam dunia anthropologi dan prasejarah, tentunya kita mengenal sebuah teori dari Brandes yang tergabung dalam Brandes 10 points. 10 poin yang menjelaskan tentang beberapa kebudayaan asli yang dimiliki oleh orang-orang prasejarah. Poin-poin tersebut adalah:
1.bercocok tanam padi/bersawah
2.mengenal permainan wayang
3.mengenal seni gamelan
4.pandai membatik
5.mengenal sistem macapat
6.mengenal alat tukar
7.membuat alat-alat dari logam
8.mengenal sistem pelayaran
9.mengenal ilmu astronomi
10.susunan masyarakat yang teratur

Di antara 10 poin tersebut, ada sebuah poin yang menjadi bahasan dalam makalah ini. Poin tersebut adalah sistem pelayaran atau maritim. Banyak dari kita mengira bahwa kemunculan dan perkembangan sistem pelayaran baru terjadi ketika manusia sudah mengenal huruf, padahal beberapa lukisan yang dibuat oleh manusia dari zaman prasejarah menunjukkan bahwa mereka telah terlebih dahulu mengenal sistem pelayaran daripada kita.
Perlu diketahui bahwa pada 20.000 tahun SM, Semenanjung Malaya masih bersatu dengan Nusantara, sehingga jalur perdagangan maritim belum berkembang pada masa itu. Perdagangan yang mereka lakukan hanya sebatas pada pertukaran barang antara pengumpul barang dan pedagang hulu. Sehingga alat pelayaran yang digunakan masih sebatas rakit karena pengetahuan mereka dalam bidang teknologi navigasi dan ilmu navigasinya masih sangat sederhana (Dunn,1975).
Berbeda dengan 10.000 SM, Semenanjung Malaya telah berpisah dengan Nusantara, sehingga mau atau tidak mau, masyarakat yang hidup pada masa itu harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian atau proses adaptasi mereka pada kondisi alam seperti itu menyebabkan mereka harus menghasilkan teknologi baru yang bisa mendukung mereka untuk tetap survive atau bertahan. Sehingga teknologi rakit yang telah mereka hasilkan sebelumnya, mereka berdayakan untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi pelayaran mereka. Sedangkan jalur perdagangan laut mulai mereka kenal pada masa itu, meskipun dengan lintasan yang masih pendek (Dunn, 1975).
Pada tahun 5000-4000 SM, perdagangan internal (internal trade) yang telah dilaksanakan masyarakat purba mengalami perkembangan lagi. Kali ini mereka tidak hanya melakukan perdagangan internal dengan jarak yang dekat, melainkan mereka mulai merambah perdagangan luar (external trade). Mereka mulai mengarungi kawasan kepulauan di Asia Tenggara dan perahu yang mereka kenal tidak lagi rakit, melainkan sudah mengenal teknologi cadik. Cadik adalah semacam kayu yang dipasang sebagai sayap di bagian sisi kapal yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan agar tidak oleng pada saat mengarungi lautan. Perahu yang memiliki cadik tersebut dinamakan perahu bercadik. Perahu bercadik terdiri atas dua jenis. Perahu bercadik dua dan perahu bercadik satu. Perahu bercadik dua umumnya digunakan sebagai transportasi jarak dekat, sedangkan perahu bercadik satu digunakan sebagai alat pelayaran jarak jauh (Poesponegoro,1984).
Teknologi perahu bercadik tidak hanya berperan bagi perdagangan masyarakat purba, tetapi juga berperan dalam migrasi dan penyebaran bahasa. Manusia yang hidup pada zaman itu kebanyakan berasal dari Asia Tenggara dan Indonesia bagian barat. Kemudian mereka bermigrasi ke bagian timur melewati Samudra Pasifik. Itu sebabnya mengapa perahu bercadik satu juga banyak di temukan di daerah timur Samudra Pasifik atau Oceania. Bahkan diperkirakan, manusia purba sudah bisa mencapai daratan Madagaskar pula dengan perahu bercadik satu tersebut (Nooteboom, 1972).
Perkembangan pelayaran di Nusantara pada masa prasejarah bisa dikatakan sedikit terlambat dari pada perkembangan pelayaran yang dialami oleh bangsa lain di belahan Eropa. Jika perahu lesung dan perahu cadik baru dikenal di Nusantara pada 5000-4000 SM, maka di Eropa, mereka sudah mulai mengenal perahu lesung pada 10.000-5000 SM. Nusantara dan Asia Tenggara khususnya mengalami keterlambatan selama 5000 tahun pada perkembangan pelayarannya jika dibandingkan dengan manusia di Eropa (Lambert, 1987)

2 komentar: