A. Nusantara Sebagai Pelabuan Penting pada Abad XIX
Semenjak zaman Indonesia klasik makassar sangat berperan penting dalam dunia perdagangan dan pelayaran. Perdagangan di Makassar di bagi menjadi dua periode. Periode pertama, awal pertumbuhan hingga 1667 dimana Makassar dibawah kekuasan kerajaan Gowa dan Tallo. Sejak abad ke-16 para pedagang muslim telah berdatangan ke kerajaan Gowa dan Tallo. Kerajan ini dikenal sebagai Bandar niaga yang baik teduh dan aman dari gelombang besar. Hal yang memperkuat kerajan ini sebagai Bandar niaga ialah dengan penghasil kekayaan alamnya berupa rempa-rempa dan beras ini lah yang membuat kerajaan ini tetap disinggahi para pedagang asing. Rempah-rempah pada waktu itu menjadi barang dagang utama dalam perdagangan maritim. Selain itu kebesan di laut menjadi pedoman politik kerajaan ini. Periode kedua, yakni di masa kekuasaan VOC antara tahun 1667-1799. Makassar pada masa ini fungsi utamanya sebagai pos pengamanan VOC untuk mencegah pedagang lain memasuki Maluku. Namun kejayaan makassar tidak selamanya berjaya.
Banyak hal yang menjadi penyebab merosotnya Bandar niaga ini menurut Poelinggomang (2002:98) dua factor kemerosotan perdagangan di makassar: pertama, mengembangkan Pelabuan Pare-Pare dan Bonerate bagi pelayaran niaga kearah barat dan adanya “boikot” penduduk (setelah masuknya Inggris). Kedua, Makassar lebih berkedudukan sebagai pelabuan singgah. Kondisi perdagangan semakin anjlok dengan adanya penyelundupan dan bajak laut yang merajalela. Menurut Poelinggomang (2002; 206) pada tahun 1847 Pemerintahan Hindia-Belanda menetapkan Makassar sebagai kota pelabuhan bebas bersyarat untuk menandingi Singapura. Dikatakan bebas bersyarat namun pemerintah masi memungut pajak perdagangan yang tinggi, melarang perdagangan komoditas tertentu, menetapkan aturan pelayaran yang ketat. Pada era ini perdagangan dikuasai oleh pedagang dan pelaut Inggris serta cina di Singapura, Bumiputra dan para pedagang di Makassar. Dengan kemerosotan Makassar dalam dunia perdagangan otomatis dunia pelayarannya mulai merosot juga. Dunia perdagangan dan pelayaran saling berkaitan, karena pada waktu itu sarana trasportasi satu-satunya yang menghubungkan perdagangan antar pulau dan benua adalah kapal. laut. Dengan keadaan seperti ini lah posisi Makassar tergeser oleh Bandar-bandar Pelabuhan lainnya seperti halnya Surabaya, Semarang dan Palembang.
B. Bangsa Asing Pendukung Pelayaran Nusantara
Pelayaran di Nusantara ternyata cukup diramaikan dengan kedatangan bangsa Asing ke area pelayaran Nusantara. Berikut ini adalah bangsa-bangsa asing yang mendukung pelayaran Nusantara:
a. Portugis
Portugis dikenal sebagai bangsa yang sangat bersemangat untuk menjelajahi dunia. Selain karena adanya motivasi untuk menyebarkan agama Katolik ke seluruh dunia, Portugis juga termotivasi oleh perdagangan dunia yang waktu itu fokus pada rempah-rempah dari timur. Sehingga ia bertekad mencari jalur perdagangan ke timur. Pelopor pelayaran ke timur yang berasal dari Portugis adalah Vasco da Gama. Vasco da Gama adalah navigator berkebangsaan Portugis yang dipuji dunia sebagai penemu jalur timur. Ia mendarat di Kalikut pada 1947. Penerusnya adalah Alfonso de Albuquerque yang di kemudian hari berhasil menaklukkan Malaka pada 1511 (Prescott,1996:39).
b. Spanyol
Dengan negara tetangganya, Portugal yang memiliki motif pelayaran berupa agama dan perdagangan, mereka mencoba menemukan jalur pelayaran ke timur. Pelopornya adalah Christopher Colombus yang kemudian menemukan benua Amerika. Kemudian dilanjutkan Ferdinand Magelhaens yang berhasil mendarat di Filiphina pada 1521. Kariernya kemudian dilanjutkan oleh rekannya Juan Sebastian del Cano.
c. Cina
Cina merupakan pemeran utama dalam dunia perdagangan dan pelayaran. Hubungan niaga yang terjadi di kawasan pelabuhan-pelabuhan seperti Surabaya, Semarang, Batavia, Malaka, Banjarmasin dan Makassar tidak luput dari genggama Cina. Bahkan semenjak masa kerajaan Hindu-Bhudha, Cina sudah mempunyai hubungan dengan kerajaan di Nusantara ditandai dengan adanya utusan-utusan dari negeri Cina ke Nusantara diantaranya adalah i-shing
Ketika Pemerintah Hindia-Belanda mengambil alih koloninya dari tangan Inggris (1816) dan menata perdagangan pada 1818, perdagangan dan pelaut Cina sebenarnya menaruh harapan besar pada Makassar, tetapi kunjungan mereka banyak bergiat di Singapura. Menurut perkiraan, setiap tahun Singapura di kunjungi 150-250 buah jung baik yang dari cina, Siam, Vietnam, maupun Makao (Poelinggomang, 2002:104).
Minggu, 03 Maret 2013
Pelayaran Nusantara dan Bangsa Asing Abad XIX
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar