Pages

Subscribe:

Shopping Online

Senin, 15 Juni 2015

Terimakasih Untuk Mencintaiku



Aku, lagi. Semuanya terasa begitu rumit. Aku bahkan tak yakin semuanya akan selesai baik-baik saja seperti yang kuharapkan. Aku, lagi. Aku tidak pernah meminta seseorang mencintaiku. Tapi dia bilang dia mencintaiku. Bahkan berusaha membuatku mempercayainya untuk sedikit menyandarkan diriku. Aku, lagi. Aku pikir dia tidak benar-benar mencintaiku. Tapi dia telah mulai berupaya membuktikan bahwa dia mencintaiku. Aku, lagi. Aku pikir semua berhenti pada saat dia mencintaiku, ternyata hatiku tak sesederhana itu.

Mereka bilang: bersyukurlah saat ada seseorang yang mencintaimu dengan tulus. Ya, aku bersyukur. Itu artinya mereka bukan penikmat fisik nomor satu. Karena apa yang bisa dikagumi dari fisikku? Barangkali hanya raut wajah dan ekspresi yang sedikit imut tanpa dipaksakan yang baru berhasil kusadari akhir-akhir ini. Aku bersyukur dia mencintaiku. Setidaknya dia orang baik di mataku. Namun ternyata hatiku tidak mudah dibuat percaya dengan lugu.
Aku bersyukur dia mencintaiku, melakukan banyak hal untuk merengkuh kepercayaanku, memahami ketakutan-ketakutanku, mengerti mimpi-mimpi dan sikap burukku, berdamai dengan segala kekuranganku. Aku, lagi. Aku bersyukur dia mencintaiku meski aku belum tentu bisa membalasnya dengan cintaku sekalipun euforia manis dan romantisme telah menyergapku. Bukan karena aku ragu, tapi aku menatap Tuhanku. Aku bersyukur dia mencintaiku dengan sedikit harapan bahwa suatu hari kekhawatiranku akan terbantahkan. Berhasil membuktikan bahwa kekhawatiranku adalah hal yang tak beralasan. Menemukan titik kesepahamanku dan dia. Lalu membalasnya dengan berusaha mencintainya juga. Aku, lagi. Untukmu, terimakasih telah mencintaiku meski tak bisa kujanjikan bahwa aku akan mencintaimu. Sungguh, hatiku sedikit terasa beku. Agak sakit saat kutahu bahwa aku ragu. Untukmu, terimakasih telah mencintaiku.

0 komentar:

Posting Komentar